Berkunjung ke Kampung Naga dan Mengenal Sejarah nya.
Hai trakuler kembali lagi nih, setelah beberapa bulan
trakuler tidak update alhamdulillah akhir nya bisa update juga ? Oke, kali ini
trakuler akan ngebahas mengenai seputar wisata yag terkenal di Kota Tasikmalaya,
sebelum trakuler kasih tau rincian untuk menuju tempat wisata ini trakuler mau
bercerita sedikit.
Waktu itu aku ada tugas dari kampus yang mengangkat
tema nya itu tentang “Kearifan Lokal”. Nah, aku dan teman-teman sempat
searching deh tempat nya yang akan kita jadiin tema kita dan akhir nya kita
membuat schedule untuk pergi ke Tasikmalaya “Kampung Naga”. Nah itu sedikit
cerita, kenapa jadinya aku berniat buat di masukin ke artikel. Yuk.. langsung
ke artikel selanjut nya ??
Untuk menuju ke Kampung Naga kita perlu bisa
menggunakan transportasi pribadi ataupun umum. Tapi disini aku dan teman-teman
menggunakan transportasi umum, karena waktu itu kita berangkat berlima. Karena
kita dari Jakarta maka kita dari terminal kampung rambutan, waktu itu kita
berangkat sekitar jam 8 malam karen kita berangkat nya agak mendadak dan akhir
nya sampai di kampung rambutan sekitar jam 10 an pas kita ke loket dan bertanya
bus tujuan tasikmalaya sampai jam berapa, tak tau nya bus teraakhir itu bus jam 11 malam dan kita langsung masuk
ke bus. Untuk ongkos nya engga perlu pusing hanya dengan membayar 75 ribu/org
kamu sudah bisa menikmati bus tujuan tasikmalaya. Kita sampai di tasikmalaya
sekitar jam set 5 pagi karena teman aku punya teman yang tinggan di tasik, jadi
sementara waktu kita bemalam dirumah temen nya.
Selanjutnya kita melakukan perjalan ke kampung naga
butuh memakan waktu sampai sekitar 1 jam. Dari jalan raya kita akan melihat
gapura besar yang bertuliskan “Selamat Datang di Kampung Naga” dan kita akan
menulis buku tamu karena tujuan kita membuat suatu project akhir nya kita di
perbolehkan tinggal di tempat penginapan yang berada di dekat gapura.
Selanjutnya kita menuju ke kampung naga yang dimana cerita itu adalah sebuah
desa yang tidak sembarang dimasuki nya oleh wisatawan, karena akan ada pemandu
yang akan menuntun kita untuk menuju desa tersebut kita akan menuruni 439 anak
tangga.
Desa adat yang terletak di Tasikmalaya, Jawa Barat ini
juga amat terkenal dengan kearifan lokal dan budayanya. Walaupun namanya
menggunakan kata "naga", kamu tidak akan menemukan hal-hal yang berhubungan
dengan mitologi naga. Rupanya kata "naga" diambil dari bahasa Sunda,
"nagawir" yang artinya kampung di bawah tebing.
Komplek desa seluas 1,5 hektare ini dikelilingi tebing
serta berada di sebelah aliran sungai Ciwulan yang berhulu di gunung Cikuray.
"Di Kampung Naga yang dibatasi adalah luas areanya. Bukan
bangunannya," ungkap Darmawan (48), warga Kampung Naga yang bekerja
sebagai pemandu.
Batas area harus 1,5
hektare serta dikelilingi pagar bambu. Di dalam pagar bambu itu terdapat rumah
penduduk dan bangunan-bangunan sakral.
Masyarakat Kampung Naga di desa Neglasari kecamatan salawu
kabupaten Tasikmalaya akhirnya menjadi saksi diresmikannya Tugu Kujang Pusaka,
kamis 16 April 2009 oleh Gubernur Ahmad Heryawan (2008-2013). Bangunan tugu
tersebut juga menjadi lambing kuatnya budaya “Sunda” yang di Jawa Barat, itu
yang dikatakan juru adat “Kampung Naga” Ade Suherlin, dan disaksikan oleh
sesepuh kamoung naga Abah Tajudin saat memberi keterangan kepada pers seusai
peresmian. Menurut dia senjata Kujang memiliki makna yang sangat berate bagi
masyarakat sunda.
Karena menurut Ade Suherlin, senjata kujang di masa lalu
adalah senjata khas dan menjadi andalan “URANG” sunda dalam memperkuat dan
mempertahankan diri saat bertempur.
Besarnya tugu tersebut terlihat dari bangunan kujang yang
menjulang tinggu. Tingginya diperkirakan mencapai 3 meter, kujang raksasa
tersebut ditopang oleh sebuah bangunan segiempat yang terbuat dari beton.
Menurut Ade Suherlin yang biasa membuat kujang. Selain itu, yang membuat kujang
tersebut istimewa, karena bahan baku pembuatannya berasal dari leburan senjata
pusaka yang dimiliki 900 Raja-raja Sunda dan Raja-raja Nusantara (Prabu Sri
Pamekas yang memerintah tahun 1338 M dan Prabu Surya Amiluhur yang memerintang
tahun 1248 M).
Nah sudah jelas kan
teman-teman trakuler asal muasalnya “Kampung Naga” ini. Oke langsung saja
ketujuan utama kita berwisata ???
Ketika kamu akan turun dan
menuju ke kampung adat, jangan kaget ya.. karena jarak nya luamayan jauh dan
akan membuat betis kamu pegel karena kamu belum terbiasa dengan menuruni 439
anak tangga. Tenang.. sesampai nya kamu di kampung adat, rasa lelah kamu akan
terbayar dengan suguhan pemandangan indah dari kampung adat tersebut.
![]() |
| Tangga menuju "Kampung Naga" |
![]() |
| Perumahan Kampung Naga |
Setelah kamu sampai di
kampung adat, kamu jangan ragu karena masyarakat kampung adat akan terbuka
dengan kedatangan kamu selain itu juga kamu akan di arahi oleh pemandu nya.
Setalah sudah berkeliling kamu jangan lupa untuk mampir membeli oleh-oleh
kaerajinan tangan khas Kampung Naga.
Sedikit cerita ya, aku dan
teman-teman waktu ke situ seneng banget karena kita dapat pemandu yang sudah
menggap kita anak dan karena kita orang cepat akrab dengan lingkungan masyrakat
kampung naga dan kita mampu berkomunikasi dengan baik. Jika kamu berkunjung,
jangan lupa berkunjung ke salah satu penjual oleh-oleh khas kampung naga, dia
adalah bapak (maaf aku lupa namanya) dia juga pengrajin tas, kecapi dll. Aku
dan teman-teman sempat belajar dengan beliau, itulah survei dan wisata kita di
hari pertama.
Karena kita kesini tujuan
nya dengan projek jadi kita juga di perbolehkan untuk menginap 4 hari 3 malam,
untuk bayar tempat penginapan nya kamu jangan khawatir ya ??? Bayar seikhlasnya, tapi karena mereka sudah
membantu banyak untuk kita, kita bayar bayar nya 150 ribu/org disana juga kalo
mau sarapan gampang banget, dari tempat tinggal kita itu ada warung kecil dan
biasa nya kita juga diajak untuk mencari sarapan dengan pemandu kita. Sudah
cukup jelas ya.. oh ya, bagi kamu yang berkunjung walaupun pemandu tidak
meminta untuk dibayar, jangan lupa bayar dia dengan ikhlas. Oke itu cerita dari
aku dan teman-teman selama di kampung naga.
Selanjutnya trakuler akan
ngebahas kehidupan di kampung adat tersebut :
Tidak ada Listrik
Masyarakat Kampung Naga masih memegang teguh ajaran dan
petuah leluhur mereka. Hingga saat ini mereka menolak kesenian modern serta
tidak menggunakan listrik. Tidak adanya listrik juga diharapkan mampu menjaga
rumah-rumah panggung yang terbuat dari ijuk, daun tepus serta bambu tidak mudah
terbakar.
Terikat Adat
Sebagai kampung adat, Kampung Naga memiliki sebuah
lembaga adat dengan tiga tokoh adat yang terdiri dari kuncen, lebe adat dan
punduh adat. Posisi tokoh adat tersebut dijabat secara turun-temurun dan tidak
dipilih warga. Kuncen bertugas memimpin upacara adat. Lebe membantu pihak yang
meninggal, mulai dari memandikan hingga menguburkan. Sedangkan punduh mempunyai
tugas sebagai penyebar informasi kepada masyarakat.
Kampung Naga dihuni 300 orang dari 101 kepala keluarga.
Di sana terdapat 113 bangunan yang terdiri dari 110 rumah, tiga bangunan sarana
umum berupa masjid, balai pertemuan dan lumbung padi.
Gimana kamu berniat untuk berwisata kedesa dan merasakan
keindahan alam yang masih alami, langsung saja ke kampung naga ?? Terima Kasih
sudah membaca.. “Salam Trakuler”
https://merahputih.com/post/read/menapaki-439-anak-tangga-di-kampung-nagahttps://menapaki.wordpress.com/2012/03/25/tugu-kujang-pusaka-di-kampung-naga-kabupaten-tasikmalaya/





Comments
Post a Comment